Catatan KP Norman Hadinegoro, Tentang Perempuan
Masyarakat Jawa Kuno telah mengenal dua macam tipe wanita yang pantas dinikahi:
Baca juga:
Musyawarah Itu Adat Budaya Nusantara
|
1. Tipe Padmanagara
Tipe ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. lambe iwir manggis karengat (bibir bagaikan buah manggis terbuka)
b. liringe sor madu juruh (kerling matanya mengalahkan manisnya juruh madu)
c. sor tang nyuh danta santene (payudaranya mengalahkan kelapa gading)
d. wangkong iwir limas angene (pantat bagai limas yang baik)
e. wentis iwir pudak angrawit (betis bagai bunga pudak yang mempesona)
f. dalamakan gamparan gading (telapak kaki seperti gamparan gading)
g. adege padmanagara (tubuhnya seperti padmanagara)
h. lumampah giwang lan gangsa (lenggangnya beralun senada gamelan, seperti seekor angsa)
i. panepi iwir patrem konus (pinggang bagai patrem terhunus)
j. pupu iwir pol ginempotan (paha bagai daun palma yang diserut halus).
2. Tipe Nariswari
Tipe ini memiliki ciri-ciri: murub rahasyanipun (menyala rahasianya).
Ciri-ciri lainnya berkaitan dengan tingkat spiritualitas dan inner beauty wanita. Ken Dedes merupakan contoh tipe ini.
Adapun tipe wanita jawa ideal adalah sebagai berikut:
1. Kusuma Wicitra
Ibaratnya bunga mekar yang sangat mempesona, yang siap untuk dipetik. Wanita yang ideal sebaiknya mempersiapkan dirinya dengan ilmu pengetahuan dan agama, mengharumkan dirinya dengan perbuatan baik, menjaga kehormatan dan kesucian dirinya.
2. Padma Sari
Ibaratnya bunga teratai yang sedang mekar di kolam. Bunga teratai dalam budaya Jawa merupakan simbul kemesraan, sehingga yang dimaksudkan dengan wanita ideal dalam konsep ini adalah wanita cantik yang penuh kasih mesra hanya bila bersama dengan suaminya.
3. Sri Pagulingan
Ibaratnya cahaya yang sangat indah di peraduan/singgasana raja. Wanita yang ideal sebaiknya tidak hanya cantik jasmaninya, namun juga dapat mempersembahkan dan menunjukkan kecantikannya hanya kepada suaminya ketika berolah asmara di peraduan.
4. Sri Tumurun
Ibaratnya bidadari nirwana yang turun ke dunia. Wanita yang ideal sebaiknya cantik raga dan jiwanya. Ini dibuktikan dengan kesediannya untuk “turun”, berinteraksi dengan rakyat jelata, kaum yang terpinggirkan untuk menebarkan cahaya cinta dan berbagi kasih.
5. Sesotya Sinangling
Ibaratnya intan yang amat indah, berkilauan. Wanita yang ideal sebaiknya selalu dapat menjadi perhiasan hanya bagi suaminya, sehingga dapat memperindah dan mencerahkan hidup dan masa depan suaminya, juga keluarganya.
6. Traju Mas
Ibaratnya alat untuk menimbang emas. Ini merupakan simbol wanita setia yang selalu dapat memberikan saran, pertimbangan, nasihat, demi terciptanya keluarga yang sakinah.
7. Gedhong Kencana
Ibaratnya gedung atau rumah yang terbuat dari emas, dan berhiaskan emas. Ini merupakan simbul wanita yang berhati teduh dan berjiwa teguh sehingga dapat memberikan kehangatan dan kedamaian bagi suami dan keluarganya.
8. Sawur Sari
Ibaratnya bunga yang harum semerbak. Wanita yang ideal sebaiknya dikenal karena kebaikan hatinya, keluhuran budi pekertinya, kehalusan perasaannya, keluasan ilmunya, kemuliaan akhlaknya. Kecantikan fisik dan kekayaan harta yang dimiliki wanita hanya sebagai pelengkap, bukan syarat mutlak seorang wanita ideal.
9. Pandhan Kanginan
Ibaratnya pandhan wangi yang tertiup angin. Ini merupakan simbul wanita yang amat menggairahkan, menawan, dan memikat hati. Dapat dilukiskan sebagai: tinggi semampai, berparas cantik, berkulit kuning langsat, berbibir merah alami, berpayudara montok, murah senyum, tidak terlalu gemuk dan tidak terlalu kurus, dapat memberikan keturunan.
Dalam Serat Yadnyasusila dijelaskan tentang tiga hal yang harus dimiliki oleh seorang wanita agar dapat menjadi wanita idaman:
1.Merak ati atau mrak ati
Berarti: membina kemanisan dengan mempercantik dan merawat diri (ngadi warni), memperindah busana (ngadi busana), berwajah ceria (ngadi wadana), murah senyum (sumeh), santun dalam bertutur kata (ngadi wicara), dan sopan serta luwes dalam berperilaku (ngadi solah bawa).
2.Gemati
Berarti siap untuk merawat, mengasuh, mendidik putra-putrinya, mengatur rumah tangga, melayani suami dengan penuh keikhlasan.
3.Luluh
Berarti mampu selalu menyenangkan hati suaminya, selalu menyediakan waktu setiap hari untuk suami dan anak-anaknya, sabar dan gembira saat mengasuh anak-anaknya, dan selalu berusaha menciptakan keseimbangan dan keharmonisan dalam keluarganya.
Untuk memilih (menikahi) wanita, dalam tradisi Jawa ada beberapa faktor yang biasanya menjadi bahan pertimbangan:
1.Bibit
Berkaitan dengan kecantikan wanita baik secara lahiriah maupun batiniah.
2.Bebet
Berkaitan dengan kemampuan dan kekayaan ayah wanita yang akan dinikahi.
3.Bobot
Berkaitan dengan asal-usul atau keturunan wanita yang akan dinikahi